SEJARAH
MASUKNYA ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu:
Dr. HM. RIDLWAN HAMBALI, Lc.MA
Oleh:
Habibus Salam NIM:
2016.01.01.647
Sibawaih
Umam NIM: 2016.01.01.616
FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM
STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR
SARANG
REMBANG JAWA TENGAH
2016
SEJARAH
MASUKNYA ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Oleh : Habibus Salam dan
Sibawaih Umam
I.
Pendahuluan
Sejak zaman
prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di
Asia Tenggara.
Bahkan dua abad
sebelum tarikh Masehi, Indonesia (kepulauan Nusantara) khususnya Sumatra telah
dikenal dalam peta dunia masa itu. Peta dunia tertua yang disusun oleh Claudius
Ptolemaeus, seorang gubernur Kerajaan Yunani yang berkedudukan di Alexandria
(Mesir), menyusun peta berjudul Georraphyle telah menyebut dan
memasukkan Nusantara dengan sebuah Barousai. Yang dimaksud tentuya pantai barat
Sumatra yang kaya akan kapur barus.[1]
Pedagang-pedagang
muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 Masehi (abad 1 Hijriyah), ketika Islam
pertamakali berkembang di Timur Tengan.[2]
Hubungan perdagangan ini juga menjadi hubungan penyebaran agama Islam yang
semakin lama semakin lebih intensif.
Sejak abad pertama
Nusantara yang menghasilkan komoditi rempah-rempah dan banyak disukai di Eropa
(Romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang Arab singgah di pantai barat
Sumatra dan selat Malaka yang menghubungkan imperium Timur (Kekaisaran Cina). Pedagang
Arab sudah berperan sebagai pengatur jalur perdagangan Barat-Timur.
Dengan demikian,
Indonesia telah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di timur
maupun di barat, karena menjadi jalur lalu lintas perjalanan. Sebagai wilayah
yang mudah dijangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika
Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk
penyebaran agama Islam.
II.
Islam Masuk ke Nusantara
Paling tidak, ada dua pendapat mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Pertama,
pendapat lama, yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H Krom dan
Van Den Berg. Kemudian pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan.[3]
Kedua, pendapat baru yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 M. atau abad 1 Hijriyah. Pendapat baru ini dikemukakan
oleh H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Tahir
Al-Hadad, A. Hasjmy, dan Thomas W. Arnold.[4]
Bahkan diceritakan bahwa ketika Islam berkembang pada abad pertama, 1 H
(7 Masehi), Rasulullah telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqash berziarah pada
Kaisar Cina dan memperkenalkan Islam di negeri Cina. Diketahui pada abad
pertama Hijriyah sudah ada pemukiman masyarakat muslim di Kanton[5]
Bahkan Syed Naghuib Al-Attas, dalam karangannya Preliminary
Statement on the General Theory of the Islamization of the Malay-Indonesia
Archipelago, menyebutkan bahwa orang-orang muslim yang berpindah dari
Kanton pada abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), kemudian bermukim di Palembang
dan Kedah. Mereka yang bermukim disana telah menjalankan ibadah dan adat
istiadat islam dengan sangat baik.[6]
Pendapat senada mengenai masuknya Islam ke Indonesia di abad pertama
Hijriyah, dikemukakan pula oleh Thomas W. Arnold dalam The Preaching Islam,
ia mengatakan, “Mungkin agama ini telah dibawa kemari oleh pedagang-pedagang
Arab sejak abad-abad pertama Hijriyah, lama sebelum kita memiliki catatan
sejarah di mana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa”.[7]
Menurutnya meskipun baru pada abad ke-9, para ahli ilmu bumi Arab
menyebut-nyebut kepulauan Indonesia di dalam tulisan-tulisan mereka. Namun,
dalam tarikh Cina pada tahun 674 M, tersebut suatu catatan tentang seorang
pemimpin Arab yang mengepalain rombongan orang-orang Arab yang menetap di
pantai barat Sumatra.
Menurut hemat penulis, pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia sejak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), dan langsung dari Arab itu
lebih kuat, mengingat beberapa alasan yang telah dikemukakan di atas. Menengok
catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Buddha Sriwijaya tengah
berkuasa atas Sumatra. Untuk bias mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda
dari agama resmi kerajaan –perkampungan Arab Islam– tentu membutuhkan waktu
bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi
dengan baik terlebih dahulu kepada penguasa hingga abrab dan dipercaya oleh
kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar. Disamping itu, menambah populasi
muslim di wilayah yang sama, yang oberarti para pedagang Arab ini melakukan
pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak,
setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka para pedangan Arab Islam ini
bias mendirikan sebuah kampong dimana nilai-nilai Islam bisa hidup dibawah
kekuasaan kerajaan Buddha Sriwijaya.
Akan tetapi pada periode ini Islam belum berkembang secara menyeluruh
dan hanya beberapa wilayah yang memeluk Islam, misalnya sebagin Sumatra dan
sebagian pantai utara Jawa. Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang
secara lebih besar pada abad ke-12 M yang dibawa oleh para muballigh Islam,
yang disamping menyebarkan Islam, mereka juga sebagai saudagar. Adapun pada
periode ini Islam dikembangkan oleh saudagar Arab dan mungkin saudagar dari
Gujarat serta penduduk pribumi sendiri.
Sejak Islam dikenal di Indonesia itulah, Islam terus berkembang dengan
pesat. Menurut para sejarawan, Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai jalur,
sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang waktu itu
masih kuat menganut paham lama, yaitu menganut agama Hindu, Buddha, bahkan
Animisme dan Dinamisme.
Adapun jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam adalah
sebagai berikut:
1.
Melalui jalur
perdagangan
2.
Melaluli
jalur perkawinan
3.
Melalui jalur
tasawuf
4.
Melalui jalur
pendidikan
5.
Melalu jalur
kesenian
6.
Melalui jalur
politik.
III.
Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di
Indonesia
Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis pada abad ke-7 dan ke-8 M,
tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritime Sriwijaya yang berpusat di
Palembang dan kerajaan Hindu Jawa seperti Singasari dan Majapahit di Jawa
Timur. Pada periode ini para pedagang dan muballigh muslim membentuk
komunitas-komunitas Islam. Mereka memperkenalkan Islam yang mengajarkan
toleransi dan persamaan derajat diantara sesame. Sementara ajaran Hindu Jawa
menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran Islam ini sangat menarik penduduk setempat
oleh karena itu, Islam tersebar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski
penyebarannya dengan cara damai.[8]
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang
bersamaan. Disamping itu, keadaan politik dan social budaya daerah ketika
didatangi Islam juga berlainan. Datangnya orang-orang Islam kedaerah yang baru
disinggahi sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena pada
awalnya mereka hanya dating untuk usaha pelayaran dan perdagangan.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M.
pada akhir abad ke-12 M, kerajaan mulai memasuki masa kemunduran dibidang
politik dan ekonomi. Kemunduran Sriwijaya ini dipercepat oleh usaha-usaha
kerajaan Singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kelemahan Sriwijaya
dimanfaatkan oleh para pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan
perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul, dan daerah yang
menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam, yaitu kerajaan Samudra Pasai
di pesisir laut Aceh. Daerah ini sudah disinggahi pedagang muslim sejak abad
ke-7 dan ke-8 M. proses Islamisasi tentu telah berjalan disana sejak abad
tersebut, baik dalam bidang politik maupun perdagangan.
Karena kekacauan di dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan
istana, kerajaan Singasari, juga selanjutnya Majapahit tidak mampu mengontrol
daerah Melayu dan Selat Malaka dengan baik, sehingga kerajaan samudra Pasai
dapat berkembang dan mencapai pun cak kekuasaannya hinnga abad ke-16 M.
Demikian pula kerajaan Majapahit ketika Hayamwuruk dengan patih Gajah
Mada masih berkuasa, situasi politik pusat Nusantara mengakui berada dibawah
perlindungannya. Akan tetapi, sejak Gajah Mada meninggal dunia pada tahun 1364
M. dan disusul Hayamwuruk pada tahun 1389 M. situasi Majapahit kembali
mengalami keguncangan. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak,
akhirnya menyebabkan kerajaan Majapahit semakin melemah.
Akhirnya kerajaan Sriwijaya, Singasari dan Majapahit menjadi melemah
dan tidak memiliki kekuatan yang berarti. Demikian sejarah situasinya ketika
Islam pertama kali datang ke wilayah Indonesia pada sekitar abad ke-7 M.
Tidak lama kemudian muncul kerajan Islam yang juga bersama dalam
pengembangan agama Islam di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai (abad ke-13
M) di Aceh. Kemudian diteruskan kerajaan Aceh Darussalam (abad ke-15 M).[9]
IV.
Tasawuf dan Islam di Indonesia
Dalam tahapan pertama penetrasi Islam, penyebaran Islam masih relatif
terbatas di kota-kota pelabuhan.Akan tetapi dalam kurun waktu yang tidak telalu
lama, Islam mulai menempuh jalannya memasuki wilayah-wilayah pesisir lainnya
dan pedesaan. Pada tahap ini para
pedagang, dan ulama yang sekaligus guru-guru tarekat (wali-wali di Jawa) dengan
murid mereka memegang peranan penting di
dalam penyebaran tersebut. Mereka pada
umumnya memperoleh petronase dari penguasa local, dan dalam banyak kasus,
mereka juga tidak kurang peranannya ikut serta secara langsung menyebarkan
Islam.
Islam dalam tahap ini sangat diwarnai oleh
aspek tasawuf atau mistik ajaran Islam, namun ini tidak berarti bahwa aspek
hokum (syariah) terabaikan sama sekali. Namun tetap saja secara umum Islam
tasawuf tetap unggul pada tahap pertama islamisasi, setidaknya sampai abad
ke-17 M. hal tersebut dikarenakan Islam tasawuf yang datang ke Nusantara,
dengan segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap Islam, dalam beberapa
aspek tertentu “cocok” dengan latar belakan masyarakat setempat yang
dipengaruhi asketisme Hindu Buddha dan sinkritisme kepercayaan local.juga
terhadap kenyataan bahwa tarekat-tarekat sufi memiliki kecenderungan untuk
bersikap toleran terhadap pemikiran dan
praktik tradisional semacam itu, yang sebenarnya bertentangan dengan praktik
ketat unilitarianisme Islam.
Masa-masa merebaknya Islam di Indonesia memang
berbarengan dengan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan tarekat di dunia
Islam pada umumnya.
Islam sebagaimana diajarkan kepada orang-orang
Indonesia yang pertama memeluk Islam tersebut sering kali sangat diwarnai oleh
perbagai ajaran dan amalan sufi. Para sejarawan telah mengemukakan bahwa inilah
yang membuat Islam menarik bagi orang Indonesia, atau dengan kata lain,
perkembangan tasawuf merupakan salah satu factor yang menyebabkan proses islamisasi di
Indonesia dapat berlangsung dengan mudah dan cepat. Bahkan sampai saat ini
Islam Indonesia masih diliputi dengan sikap-sikap sufistik dan kegemaran pada
berbagai hal yang mengandung keramat.
Perkembangan tasawuf semakin semarak dengan
hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam pengembangan
agama Islam di Indonesia, seperti Syaikh Ismail Al-Khalid Al-Minangkabawi,
Syaikh Ahmas Khatib Sambas dan lainnya. Sementara di Jawa, proses islamisasi
sudah berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas, terbukti dengan
ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475
H/1082 M.
Adapun para penyebar agama Islam di pulau Jawa
dikenal dengan sebutan “Wali Songo” (Sembilan wali), mereka ialah:
1.
Maulana Malik Ibrahim
2.
Sunan Ampel
3.
Sunan Bonang
4.
Sunan Derajat
5.
Sunan Giri
6.
Sunan Kalijaga
7.
Sunan Kudus
8.
Sunan Muria, dan
9.
Sunan Gunung Jati.
V.
Faktor-Fator
Pesatnya Perkembangan Islam di Indonesia
Dalam waktu yang relatifi cepat, ternyata agama baru ini dapat diterima
dengan baik oleh sebagian masyarakat Indonesia, dari mulai rakyat jelata sampai
raja-raja. Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke-6H atau ke-12M, dan
tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi suatu kekuatan muslim Indonesia yabg
ditakuti dan diperhitungkan. Ada
beberapa hal yang menyebabkan agama Islam berkembag cepat di Indonesia. Menurut
Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah,
dalam bukunya Urubatu wal Islamu Fil Janubi Syarqi Asia alhindu wa Indonesia
menyatakan bahawa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam berkembang pesat di
Indonesia, yaitu sebagai berikut.
A. Faktor
Agama
Yaitu
akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung
tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menhhapuskan
kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan
Hindu. Masayarakat dalam islam diyakinkan bahwa semua manusi dalam Islam
kedudukannya sama di mata Allah, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan
Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga sama dalam hokum tidak ada yang
diistemewkan meskipun ia keturunan bangsawan.
Dengan
demikian, semuaa lapisan masyarakat bisa hidup rukun, bersaudara, bergotong
royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehinnga toleransi
dalam Islam merupakan cirri utama bangsa ini yang dikenal dunia hingga dewasa
ini.Selain itu akidah sufi masyrakat muslim juga ikut membantu memasyarakatkan
Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno
Indonesia yang cenderung menghargai pada dunia mistik.
B. Faktor
Politik
Faktor
Politik yang diwarnai oleh petarungan dalam negri antara Negara-negara dan
penguasa-penguasa di Indonesia, serta oleh pertarungan Negara-negara bagian itu
dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para
penguasa, para bangsawan dan para penjabat di Negara-negara bagian tersebut
untuk menganut agama Islam, yang dipandang mereka sebagai senjata ampuh untuk
melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari
lapisan masyarakat.
Hal
itu dapat dibuktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislamaan
dibangkitkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Marauke,
dengan mudah sekali kekuatan dan semangat keislaman itu akan bangkit serentak
sebagi suatu kekuatan yang dahsyat
C. Faktor
Ekonomis
Faktor
ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan
laut, baik antara kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan
Indonesia ke Cina, India, dan teluk Arab yang merupakan pedukung utamanya.
Ternyata
orang-orang yang terlibat dalam perdagan itu bukan hanya para pedagang, tetapi
diantara mereka terdapat para penguasa
Negara-negara bagian, penjabat Negara dan kaum bangsawan. Karena perdaganagn
melalui lautan Indonesia dan India hamper seluruhnya dikuasai pedagang Arab,
maka para pedagang Indonesia yang terdiri fari para penjabat dan bangsawan itu,
yang bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim keluar dan
sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan
dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka kepada agama
baru itu.
Menurut
riwayat, Sultan Pasai yang muslim itu mau membuka pasar-pasarnya bagi penguasa
Kerajaan Malaka asalkan mereka bersedia menganut Islam, demikianlah perdagangan
antara kepulauan Indonesia sangat pesat sekali, sehingga Islam berhasil
mencapai Irian atau Papua, sementara orang-orang Hindu bertahan di Bali dan
Lombok Barat.[10]
VI.
Kesultanan- Kesultanan dan Kerajaan-Kerajaan
di Indonesia
Agama islam masuk ke Indonesia secara
besar-besaran terjadi sekitar abad XIV dan XV M. masuk dan berkembangnya Islam
di Indonesia ini juga tidak lepas dari kesultanan-kesultanan di Indonesia, seperti
kesultanan Perlak, Samudra Pasai, Aceh Darusslam, Malaka, Demak, Pajang,
Mataram, Cirebon, Ternate dan lain-lain.
Berbeda dengan masuknya Islam ke Negara-negara
di bagian dunia lainnya yakni dengan kekuatan militer, masuknya Islam ke
Indonesia itu dengan cara damai disertai dengan jiwa toleransi dan saling
menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan pemanut agama-agama
lama yaitu Hindu-Budha. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang sejarah-sejarah
Islam di Indonesia, berikut dijelaskan sejarah kesultanan-kesultanlainan.
A. Kesultanan
Perlak
Pada
tahun 30 H. (651 M), Khalifah Utsman bin Affan mengirim delegasi ke Cina,
delegasi tersebut memperkenalkan agama Islam. waktu itu hanya berselang 20 tahun dari wafatnya Rasullah
SAW. Dalam perjalanan laut yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan
Utsman ternyata sempat singgah di kepulauan nusantara, tepatnya tahun 674 M,.
Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagangdipantai barat Sumatera.
Inillah perkenalan perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Aceh
adalah paling barat di kepulauan Nusantara yang pertama kali memeluk Islam.
Bahkan di Acehlah kesultanan pertama kali yaitu kesultanan Perlak ( Memang ada
perbedaan pendapat di versi lain menyebutkan keseltunan pertama adalah kesultanan
Samudera Pasai.
Kesultanan
Perlak adalah kesultanan pertama di Nusantara yang berkuasa pada tahun 840-1292
M , di sekitar wilayah pelak. Kini wilayah tersebut masuk kedalam wilayah Aceh
Timur provinsi Nanggro Aceh Darussalam. Pendiri kesultanan perlak adalah Sultan
Alaidin syed Maulana Abdul Aziz Shah,.
Dibawah
ini merupakan nama-nama Sultan yang memerintah Kesultanan perak :
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840 – 864)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864 – 888)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888 – 913)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915 – 918)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan
Berdaulat (928 – 932)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan
Berdaulat (932 – 956)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan
Berdaulat (956 – 983)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan
Berdaulat [5] (986 – 1023)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan
Berdaulat (1023 – 1059)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan
Berdaulat (1059 – 1078)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan
Berdaulat (1078 – 1109)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan
Berdaulat (1109 – 1135)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan
Berdaulat (1135 – 1160)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan
Berdaulat (1160 – 1173)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan
Berdaulat (1173 –1200 )
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan
Berdaulat (1200 –1230 )
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II
Johan Berdaulat (1230 – 1267 )
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan
Berdaulat (1267 –1292 )[11]
Pada
awal XIII di ujung barat berdiri kesultanan baru di bawah Sultan Malik Al-Shaleh, bernama Samudra Pasai
. perlak disatukan dengan kesultanan Samudera Pasai dibawah pemerintahan Sultan
Muhammad Malik Al-Azir, putra al-shaleh.
B.
Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudra Pasai
terletak di pesisir timur laut Aceh, saat ini menjadi Kabupaten Lhoksumawe atau
Aceh, Kesultanan ini merupakan kesultanan kedua di Indonesia setelah Perlak.
Untuk waktu yang lama, pada sebagai pusat Islam di Nustantara pada zamannya.
Lahirnya Samudra Pasai lahirnya Samura Pasai sebagai kerajaan diperkirakan
dimulai pada awal atau pertengehan abad XII M.
Sultan Malik al-Shaleh adalah
sultan pertama pendiri kesultanan samudera pasai, Kesultanan samudera Pasai adalah sebuah
kesultanan maritim. Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng
Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn
Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan
bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari
kotanya dengan kayu, yang
berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini
terdapat masjid, dan pasar serta dilalui
oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya
besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik.
Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat
bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.
Dalam kehidupan
perekonomiannya, kerajaan maritime ini, tidak mempunyai basis agrasis. Basis
pereekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Tome pires menceritan di
Pasai ada mata uang dirham, dikatakannya bahwa setiap kapal yang membawa
barang-barang dari barak dikenakan pajak 6%. Ditinjau dari letak geografisnya
Samudra Pasai memang menjadi suatu daerah penting sebagai penghubung antara
pusat-pusat antara kepulauan Indonesia, Arab, China. Adanya mata uang dirham
membuktikan kesultanan Samudra Pasai makmur.
Mata uang dirham dari Samudra
Pasai tersebut pernah diteliti oleh H.K.J. Cowan untuk menunjukan bukti-bukti
sejarah raja-raja pasai. Mata uang tersebut menggunakan nama-nama Sultan
Alaudin, Sultan Manshur Malik Al-Zahir, sultan Abu Zaid dan Abdullah. Pada
tahun 1973 M, ditemukan lagi 11 mata uang dirham bertuliskan nama Sultan
Manshur Malik Al-Zahir, Sultan Ahmad, dan Sultan Abdullah, semuanya adalah
raja-raja Samudera Pasai pada abad 14 M dan 15 M.
Atas dasar mata uang emas yang
ditemukan itu, dapat diketahui nama-nama sultan dan urutannya
- 1267-1297, Sultan Malik as-Saleh [Marah Silu], Hikayat
Raja-raja Pasai & makam raja
- 1297-1326, Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Koin emas
telah mulai diperkenalkan
- 1326-1345, Sultan Mahmud Malik az-Zahir, Dikunjungi
Ibnu Batutah
- 1345-1383, Sultan Ahmad Malik az-Zahir, Diserang
Majapahit
- 1383-1405, Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir,
Dikunjungi Cheng Ho
- 1405-1412, Sultanah Nahrasiyah, Raja perempuan, [janda
Sultan Pasai sebelumnya]
- 1405-1412, Sultan Sallah ad-Din, Menikahi Sultanah
Nahrasiyah
- 1412-1455, Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir, Mengirim
utusan ke Cina
- 1455-1477, Sultan Mahmud Malik az-Zahir II,
- 1477-1500, Sultan Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik
az-Zahir II,
Sultan Zain al-Abidin II - 1501-1513, Sultan Abd-Allah Malik az-Zahir,
- 1513-1521, Sultan Zain al-Abidin III, Penaklukan oleh
Portugal[12]
Kerajaan samudra pasai
berlangsung sampai pada tahun 1524 M. pada tahun 1521 M, kerajaan ini
ditaklukan oleh Portgis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun
1524 M dianekasasi oleh raja Aceh, Ali
Muhhatasyah. Selanjutnya, kerajaan Samudra
pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.
pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.
C.
Kesultanan
Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar
Aceh Darussalam. Sultan yang pertama memerintah kesultanan aceh sekaligus
pendirinya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1
Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang
panjang itu (1496 - 1903), Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan
militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem
pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian
ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatic, dengan negara lain.
Sultan Ali Mughayat mendirikan
Kesultanan Aceh pada tahun 1496 yang pada mulanya kerajaan ini berdiri atas
wilayah kerajaan lamuri. Pemerintahaan kesultanan Aceh kemudian menundukan dan
menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie,
Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.
Akan
tetapi, setelah ia meninggal, semua penguasaannya dari kalangan perempuan
(1641-1699 M) yaitu Sultanah Shafiyatudin Syah, Zakiyatudin Syah, dan
Naqiyatudin Syah sehingga kekuasaan
mengalami kelemahan, yang pada akhirnya pada abad ke-18 kebesarannya mulai
menurun.[13]
D.
Kesultanan
Siak ( Islam)
Kerajaan Siak terletak di
Kepulauan Riau di Selat Malaka. Raja Islam pertama Sultan Abdul Jalil Rahmat
Syah (1723-1746 M). Kerajaan Siak memiliki wilayah yang cukup luas dan bernaung
di bawah Kesultanan siak, baik dalam penyebaran agama islam maupun dalam
menghadapi imperialsme Portugis dan Belanda. Kerajaan siak memiliki peran yang
besar
Berikut adalah daftar sultan-sultan yang pernah memerintah
di Kerajaan Siak .
- Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I (1725-1746)
- Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah II (1746-1765)
- Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766)
- Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780)
- Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782)
- Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784)
- Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin
Baalawi (1784-1810)
- Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil
Khaliluddin (1810-1815)
- Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin
(1815-1854)
- Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin I
(Syarif Kasyim I, 1864-1889)
- Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin
(1889-1908)
- Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin I
(Syarif Kasyim II), (1915-1949)[14]
E.
Kesultanan
Islam Palembang Darussalam
Pada awalnya Kesultanan
Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultan Demak. Sultan Pertama
sekaligus pendiri kesultanan ini adalah Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin
Sayidil Islam (1659-1706M).
Pengetahuan dan keilmuan Islam
berkembang pesat dengan hadirnya ulama Arab yang menetap di Palemabang, Kesultanan Palembang
menjadi Bandar transit dan ekspor lada karena letaknya yang strategis. Belanda
kemudian menghapus kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan
Mahmud Badarudin. Salah satu peninggalan Kesultanan Palembang adalah Masjid
Agung Palembang yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.
Nama-nama sultannya adalah :
- Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidil Islam
[1659-1706]
- Sultan Mahmud Badaruddin I [1724-1757]
- Sultan Ahmad Najamuddin I [1757-1776]
- Sultan Muhammad Bahauddin [1776-1803]
- Sultan Mahmud Badaruddin II [1804-1812, 1813,
1818-1821]
- Sultan Ahmad Najamuddin II [1812-1813, 1813-1818]
- Sultan Ahmad Najamuddin III [1821-1823][15]
F.
Kesultan
Demak
Keraajan Demak didirikan atas
prakarsa para wali songo. Di bwah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo
bersepakat mengangkat Raden Fatah sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Demak
yang masih bernama Bintoro merupakan daerah vasaal (kekuasaan) Majapahit yang
diberikan Raja Majapahit kepada Raden fatah, daerah ini semakin lama semakin
ramai dan pusat perkembangan Islam yang diselenggerakan para wali.
Raden Fatah merupakan sultan
pertama demak yang sangat berjasa dalam pengembangan agama Islam diwilayah
kekuasaannya , ia digantikan oleh anaknya yang bergelar Adipati Yunus yang
terkenal dengan Pangeran Sabrang Lor. Ketika ia menggantikan kedudukan ayahnya
PAti Unus berumur 17 tahun pada tahun1507 M.
Sepeniggal Pati Unus,
digantikan oleh Sultan Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunungjati dengan
gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Sultan Trenggono memerintah pada tahun
1524-1546 pada masa ini agama Islam berkembang sampai ke Kalimantan Selatan.
Dalam penyerangan ke Blambangan, Sultan Trenggono meninggal (1546 M) dan
kedudukunnya digantikan oleh adiknya Sultan Prawoto. Pada masa sultan Prawoto
terjadi kerusuhan sehingga ia terbunuh, kemudian kedudukannya digantikan oleh
Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang. Pada masa inilah kemudian
Kerajaan Demak kemudian dipindahkan ke Pajang.
Adapun para
sultan Kerajaan Demak adalah
1.
Raden Fatah (1478-1581 M )
2.
Adipati
Yunus ( 1518-1521 M)
3.
Sultan
Trenggono (1521-1546 M)
4.
Sultan
Prawoto (1546-1546 M)
G.
Kesultanan
Pajang
Kesultanan Pajang merupakan
kelanjutan dari kerajaan Islam di Demak, Kesultanan Pajang didirikan oleh Jaka
Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu dari Sultan Trenggono
yang diberi kekuasaan di Pajang. Setelah ia mengambil alih kekuasaan dari
tangan Aria Penangsang pada tahun 1546 M, seluruh kebesaran kerajaan
dipindahkan ke Panjang, dan ia bergelar Sultan Handriwijaya.
Sepeniggal Sultan Handriwijaya
pada tahun 1587 M kedudukanya digantikan oleh Aria Penggiri, anak Sultan
Prawato, sementara anak Sultan Handiwijaya diberi kekuasaan di Jipang. Akan
tetapi, ia mengadakan pemberontakan kepada Aria Penggiri dengan mendapat
bantuan dari Senopati Mataram, danatas usahanya ia mendapat tanda terima kasih
dari Senopati yaitu berupa hak atas warisan ayahnya. Akan tetapi ia menolak
tawaran tersebut dan hanya meminta pusaka kerajaan panjang untuk dipindahkan ke
Mataram. Dengan demikian, kerajaan panjang berada di bawah perrlindungan
Mataram, yang kemudian menjadi daerah kekuasaan Mataram.[16]
H.
Kesultanan
Mataram Islam
Kesultanan ini didirikan oleh Panembhan
Senopati. Setelah permohonan Senopati ata
penguasa pajang beruupa pusaka kerajaan dikabulkan. Senopati berkuasa
sampai tahun 1601 M. Sepeninggalnya ia digantikan oleh putranya yang bernama
Mas Jolangyang terkenal dengan Sultan Seda Ing Krapyak kemudian digantikan oleh
Sultan agung yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusuma Sayidin Panataagama Khalifatullah ing Tanah Jawi 1613 M-1646 M).
Pada masa pemerintahan Sultan
Agung inilah kontak bersenjata antara kerajaan MAtaram Islam dengan VOC mulai
terjadi. Pada tahun 1646 M,Sultan Agung digantikan oleh putranya, yaitu
Amangkurat I. Pada masanya terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit yang
mendapatkan dukungan dari para ‘ulama. Akibatnya, antara pendukungnya dibantai
pada tahun 1647 M. Pemberontakan itu kemudian diteruskan oleh Raden Kajoran
1677 dan 1678 M. Pemberontkan-pemberontakan sepeti itulah yang meruntuhkan
kerajaan Mataram.
I.
Kerajaan
Cirebon
Kerajaan Cirebon merupakan
kerajaan pertama di Jawa Barat, kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunungjati.
Karena kedudukannya sebagai wali songo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja
di Jawa seperti di Demak dan Pajang. Stelah Cirebon resmi berdiri sebagai
sebuah kerajaan Islam yang merdeka darin kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunungjati
berusaha meruntuhkan ajaran yang masih belum
menganut Islam.
Dari Cirebon sunan Gunujati
mengembangkan ajran Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti
Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan Banten. Setelah Sunan Gunungjati
wafat ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar Pangeran Ratu atau Panembahan
Ratu. Panembahan Ratu wafat pada tahun 1650 M dan digantikan putranya yaitu
Panembehan Girilaya. Sepeninggal kesultanan Cirebon diperintah oleh kedua
putranya yaitu Martawijaya dan
Panembahan Sepuh yang memerintah Kesultanan Kesepuhan dengan felar
Syamsudin, dan Kartawijaya atau Penambahan Anom yang memerintah Kesultanan
Kanoman dengan gelar Badruddin.[17]
J.
Kerajan
Banten
Kerajaan Islam Banten didirikan
oleh Sunan Guungjati, stelah Sunan Gunungjati menaklukan Banten pada tahun 1525
M, ia kembali ke Cirebon dan kekuasaannya, diserahkan kepada anaknya yaitu
Sultan Hasanuddin. Pada tahun1568 M, ketika kekuasaan Demak beralaih ke
Pajang, Sultan Hasanuddin memerdekakan
Banten. Oleh karena itu ia dianggap sebagai raja Islam pertama di Banten. Ketika ia wafat, pada
tahun 1570 M, kedudukannya digantikan oleh putranya yaiti Pangeran Yusuf.
Stelah Pangeran Yusuf meninggal
pada tahun 1580 M, ia digantikan putranya yaitu Maulana Muhammad yang masih
muda. Maulana Muhammd bergelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad wafat pada
tahun 1596 pada usia 25 tahun. Stelah kedudukunnya digantikan oleh anaknya yang
masih kecil yaitu Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir. Ia memerintah resmi pada
tahun 1638 M.
K.
Kerajaan
Sukadana ( Kalimantan Barat )
Kerajaan Sukada terletak di
barat daya Kalimantan. Sekitar tahun 1590 M, Sukadana berada dibawah pengaruh
kerajaan demak. Raja Sukadana yang pertama masuk adalah Giri Kusuma. Kemudian
ia dinobatkan raja Islam pertama di Kerajaan Sukadana. Raja-raja Sukadana yang
berjasa dalam penyiaran Islam di Kalimantan adalah
1.
Giri
Kusuma yang menjadi raja pada tahun 1590 M
2.
Sultan
Mahmud Safrudin yang meninggal pada tahun 1677 M
Pada tahun 1725 M, kerajaan
Islam di Sukada melepaskan diri dari pengaruh Kerajan Demak. Sukada runtuh
ketika penjajah Belanda mulai menguasai Kalimantan tahun 1787 M. Kerajaan
Sukada berdiri selama satu abad
L.
Kerajaan
Banjar ( Abad ke-16 )
Kesultanan
Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Kalimantan bagian selatan.
Kesultanan ini pada awalnya bernama Daha, sebuah kerajaan kerajaan Hindu yang
berubah menjadi kesultanan Islam.
Kerajaan Banjar yang berdiri pada 24 september
1526 sampai berakhirnya perang Banjar yang merupakan keruntuhan kerajaan Banjar
memiliki 19 orang raja yang pernah berkuasa. Sultan pertama kerajaan Banjar
adalah Sultan Suriansyah (1526 - 1545), beliau adalah raja pertama yang memeluk
Agama Islam. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 - 1905), yang
meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu.
Sultan Suriansyah sebagai Raja pertama mejadikan Kuin Utara sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan Kerajaan Banjar.
Sultan Suriansyah sebagai Raja pertama mejadikan Kuin Utara sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan Kerajaan Banjar.
Para sultan yang memerintah Kerajaan
Banjar antara lain: Sultan Adam ( 1862-1853 M), Pangeran Tamjidilah (1957 M )
yang memihak Belanda, Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari berperang melawan
Belanda sekitar tahun (1862-1863 M)
M. Kerajaan
Goa (Makassar)
Kerajaan Goa awalnya merupakan non-Islam. Raja
Goa yang mula-mula masuk Islam adalah Karaeng Tonigallo. Setelah masuk Islam,
ia bergelar Sultan Alaudin Awwalul Islam. kemudian kerajaan Goa Makassar
dinyatakan sebagai kerajaan Islam Makassar pada tahun 1638 M. Sultan Alaudin
Awwalul Islam memerintah sejak 1591-1638 M.
Pada tahun 1654-1660 M, Kerajaan Goa diperintah
Sultan Hasanudin. Selama masa pemerintahannya, Goa berkembangmaju, wilayah
kekuasaanya meliputi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau
sekitarnya dan Sumbawa, tahun 1660 Sultan Hasanudin turun tahta setelah menanda
tangani perjanjian perdamain melawan Belanda. Setelah Sultan Hasanudin turun
tahta, anaknya Mapasomba naik tahta menggantikannya. Kerajaan Makassar berdiri
kurang dari 65 tahun, sejak diproklamasikan oleh Sultan Alaudin Awwalul Islam
tahun 1603 sampai tahun 1669 M.
N. Kerajaan
Bugis
Kerajaan Islam Bugis mula-mula bukan kerajaan
Islam. Raja Bugis yang pertama masuk Islam adalah Lamdu Sadat. Setelah ia
mangkat digantikan oleh putranya bernama Apu Tanderi. Kerajaan Bugis meliputi
Wajo,Sopeng,Sinderingi,Tanette dan lain-lain. Ibukotanya adalah Luwu, kerajaan
ini berdiri semasa dengan Kerajaan Islam Goa yang berpusat di Makassar.
O.
Kerajaan
Ternate
Raja Ternate yang pertama masuk Islam adalah
Raja Gapi Bugana atas ajakan Maulana Husain . Rahja Gapi Baguna memrintah
dari tahun 1465-1486 M. setelah ia mangkat namanya dikenal sebagai Raja Marhum.
Setelah Raja Marhum meninggal digantikan oleh
putranya bernama Zainal Abidin Sultan ternate. Pada tahun 1459 m , ia merantau
ke Jawa belajar agama Islam kepada Sunan Giri dan urusan memerintah diserahkan
kepada wakilnya.
Pada masa ternate dibawah kekuasaan Sultan
Khairun , pada tahun 1564 M diadakan perjanjian dengan portugis bahwa ternate
dibawah lindungan kerajaan Portugis.
Pengganti Sultan Khairun adalah Sultan Babullah
(1570-1583 M ) . Sultan Babullah melakukan perang secara total terhadap
Portugis , Pada tahun 1575 M , terjadi peperangan antara terntara tentara
Ternate dan Portugis dan dimengkan oleh Ternate. Sepeninggal Sultan
Babullah digantikan oelh anaknya Saiduddin Barakat.
P.
Kerajaaan
Tidore
Wilayah kerajaan Tidore meliputi sebagian
Harmahera , pantai barat Irian Jaya , dan sebagia Kepulauan Seram . Raja Tidore
yang pertama kali masuk Islam adalah Cirali Lijtu , yang kemudian
berganti nama menjadi Jamaludiin. Setelah Sultan Jamaluddin meninggal ,
digantikan oleh putranya Sultan Mansur.
Q.
Kerajaan
Bacan
Pada tahun 1521 M , Raja BAcan yang
memrintahkan negeri ini masuk Islam , namanya diganti menjadi Sultan
Zainul Abidin . Wilayah Kerajaan Bacan meliputi kepulauan Bacan , Obi , Waigeo
, Salawati dan misool .
R.
Kerajaan
Jailolo
Raja jailolo yang pertama masuk
Islam adalah Raja yang ke-9 . Setelah masuk Islam namanya Berganti menjadi
Sultan Hasanuddin. Kerajaan Islam Jailolo ini berdiri pada tahun 1521.
S.
Kesultanan
Buton ( Abad ke-16)
Kesultanan Buton merupakan
kerajaan Islam yang terletak di pulau Buton , Sulawesi bagian Tenggara .
Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh Syaikh Abdul Wahid bin Syarif
Sulaiman Al-Pathani , seorang ulama dari kesultanan Johor asal Pathani.
T.
Kesultanan
Kutai (Abad ke-16)
Kesultanan kutai terletak
disekitar Sungai Mahakam bagian Timur.Islam berkembang pada kepemimpinan Aji
Raja Mahkota (1525-1600 M). penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubaligh
bernama Said bin Muhammad bin Abudullah bin Abu Bakar Al-Wars . Kesultanan ini
mengalami puncak kejayaan pada masa Kesultanan Aji Sultan Muhammad Salehuddin
(1780-1850 M ) . kesultanan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan
Muhammad Salehuddin meninggal dunia
U.
Kesultanan
Bima
Kesultanan Bima adalah kerajaan
Islam yng terletak di Pulau Sumbawa bagian Timur . Kesultanan Bima berubah
menjadi Kesultanan Islam pada tahun 1620 setelah Rajanya La Ka’I memeluk Islam
dan mengganti namanya Sultan Abdul Khair. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul
Khair Sirajuddin (1640-1682 ) , Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran islam
kedua di Timur Nusantara setelah Makassar. Kesultanan Bima berakhir pada masa
1951, ketika Muhammad Salahuddin , sultan terakhir wafat
VII.
Kesultanan Islam di Luar Indonesia
A.
Kesultanan Malaka (Abad ke-15)
Kesultanan ini terletak di Semenanjung
Malaka. Islam di Malaka berasal dari kesultanan Samudra Pasai. Pendiri
Kesultanan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran Majapahit. Ia menikah
dengan Putri sultan Samudra Pasai dan kemudian masuk Islam. Kesultanan Malaka
mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah pada tahun
(1445-1459). Dan tuntuh ketika pasukan portugis menyerang dan mengalahkan
Malaka pada tahun 1511.
B.
Kesultanan Malaka
Raja Malaka yang pertama adalah
seorang raja Hindhu Permaisuri. Ia dikenal sebagai raja yang bertahta di
Kerajaan Singapura. Kerajaan Malaka menjadi maju dalam perdagangan, karena
Malak sebagai kota pelabuhan yang dikunjungi banyak pedagang sebagai pusat
transit perdagangan di wilayah Asia Tenggara. Mereka juga mengenal dari dekat
cara hidup orang muslim di Malaka dan bagi yang berminat mendapat kesempatan
untuk mempelajari agama Islam dan kemudian memeluknya. Waktu itu Malaka,
sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah lain di
Asia Tenggara.[18]
C.
Kesultanan Islam Pattani (Abad
ke-15)
Kehadiran Islam di Pattani dimulai
dengan kedatangan Syaikh Said mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan
Raja Pattani bernama Phayu Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa
(1486-1530) beragama Budha, kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Ismail
Syakh. Kesultanan Pattanu menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama
bagi pedagang dari Cina dan India. Masa kejayaan berakhir setelah dikalahkan
Kerajaan Siam dari Bangkok.
D.
Kesultanan Brunei Darus Salam
Raja Brunei pertama adalah Awang
Betatar yang tertarik menerima Islma dan mengganti namanya menjadi Sultan
Muhammad Syah. Dan seluruh keluarga istana masuk Islam, termasuk putra Sultan
Muhammad Syah.
Pada tahun 1511 M, kerajaan Melayu
Malaka jatuh ke tangan portugis. Maka atas kekosongan ini Brunei mengambil alih
menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan di Keplauan Melayu. Di bawah
pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) pada saat Sultan Brunei ke-5, Brunei
berkembang menjadi suatu kerajaan yang kuat dan maju. Sultan Bolkiah gemar
mengadakan ekspedisi pelayaran hingga diberi gelar Nahkoda Ragam. Kerajaan
Brunei merupakan kerajaan Islam yang makmur di kawasan Asia Tenggara.
Brunei merdeka sebagai Negara Islam
di bawah pimpinan Sultan ke-29, yaitu Sultan Hasanal Bolkiah Muizaddin
Waddaulah. Gelar Muizaddin Waddaulah (Penata Agama dan Negara) merupakan ciri
sebutan yang selalu melekat pada setiap raja yang memerintah Brunei. Sultan
Hasanal Bolkiah sebagai sultan yang memegang kepala Negara sekaligus
pemerintahan.
E.
Kesultanan Islam Sulu (Abad ke-15)
Kesultanan Islam yang terletak di
Filipina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui orang Arab
yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina. Pembawa Islam di Sulu
adalah Syarif Karim Al-Makdum, mubaligh Arab yang ahli dalam ilmu pengobatan.
Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran Bwansa dan
kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.
Islam diterapkan oleh sayid Abu
Bakar baik di pemerintahan maupun dalam kehidupan masyarakatnya. para penguasa
Kesultanan Sulu di Filipina Selatan yang dimulai sejak Syarif Abu Bakar (Sultan
Syarif Al-Hasyim) (1405-1420 M) hingga Sultan Jamalul Kiram II (1887) berjumlah
32 Sultan. Diantarannya adalah Sultan Abu Bakar, Sultan Kamaluddin bin Syarif
Abu Bakar, Sultan Alauddin bin Syarif Abu Bakar.[19]
F.
Kesultanan Johor (Abad ke-16)
Kesultanan Johor berdiri setelah
kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Sultan Alaudin Riayat Syah
membangun Kesultanan Johor sekitar tahun 1530-1536. Masa kejayaan kesultanan
ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II.
Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama
kesultanan Riau sehingga disebut kesultanan Johor-Riau dan berakhir setelah
Raja Haji wafat dan wilayahnya dikuasai oleh Belanda.
Kesultanan
Johor merupakan lanjutan dari Kerajaan Melayu Malaka yang dikalahkan oleh
Portugis (1511 M). Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah
II, Sultan Johor keempat mengalami puncak kemegahan. Ia wafat pada tahun 1597 M
pada zaman pemerintahan Sultan Sayid Al-Mukamil di Aceh dan sejaman dengan
Maulana Muhammad di Banten,
Adapun para Sultan Johor adalah
1.
Sultan
Alauddin Riayat Syah.
2.
Sultan
Muzaffar Syah.
3.
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I.
VIII. Kesimpulan
Islam
datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah
Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam
melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu
dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal
Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama
kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya
asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan
melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses
masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat,
dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam
perkembangan selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di
Indonesia seperti samudera pasai dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.Sehingga dapat dikatakan bahwa
sebenarnya, Islam bukanlah peradaban pertama yang mendiami kepulauannusantara..
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia berlangsung
dengan cepat dan pesatsertamudah diterima oleh masyarakat Indonesia, walaupun masuknya
Islam keIndonesia berlangsung dalam beberapa bagian tahap atau babak. Cepat
dan pesatnya masuknya Islam ke Indonesia dibuktikan dengan carapenyebarannya
oleh para pedagang, da’i dan ulama, terutama dengan ajaran dan gaya hidup
yanglebih maju dari peradaban yang ada.
Dari beberapa sumber yang diperoleh, maka dapat dicatat adanya perbedaandalam
menentukan kapan masuknya agama Islam di Indonesia. Sumber-sumber yang dimaksud menetapkan bahwa masuknya Islam ke
Indonesia adalah padaabad ke-7, abad ke-11, dan abad ke-13.
Agama Islam terus mengalami perkembangan di Indonesia, walaupun
banyak perlawanan dari para penjajah, tetapi dengan adanya kerajaan-kerajaan
Islam baik diwilayah Nusantara maupun di sekitar Nusantara mampu memberi
perlawanan sehingga proses Islamisasi di Nusantara berjalan pesat hingga
sekarang.
Daftar
Pusaka
Ambari Hasan Muarif, Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia, , Nurul Islam: Jakarta 1997.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban
Islam, Raja Grafindo: Jakarta 2000.
Anshari Endang Saifuddin, Wawasan Islam, Rajawali
Press: Jakarta 1990.
Arnold Thomas W, Sejarah Dakwah
Islam, Widjaya: Jakarta 1981
Hamza Imron, Dinamika peradaban Islam,Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013.
Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Sinar Grafika
Offset,2010.
[1]Hasan Muarif Ambari, “Sejarah Perkembangan
Islam di Indonesia”, dalam Rusydi Hamka (Editor), Kebangkitan Islam dalam
Pembahasan, (Nurul Islam: Jakarta 1997), 62.
[2]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Raja
Grafindo: Jakarta 2000), 191-192.
[3]Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Rajawali
Press: Jakarta 1990), 253.
[4]Ibis., 253
[5]Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah
Peradaban Islam, (AMZAH: Jakarta 2010), 304.
[6]Ibid., 304.
[7]Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam,
(Widjaya: Jakarta 1981), 317.
[10]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika Offset,2010),316-318.
[11]Imron
Hamzah, Dinamika peradaban Islam,( Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta,
2013),252-255.
[12] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam,(PT Rajagrafindo
Persada,2014,),208.
[13] Samsul Munir Amin, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,2010), 333.
[14] Ibid,334
[15] Ibid, 335.
[16] Ibid, 337.
[17] Ibid, 338.
[18] Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:Amzah,2010),
2:325-327
[19] Ibid 327-329
[20]Ibid,330.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar