Senin, 05 Maret 2018

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA



SEJARAH MASUKNYA ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu:

Dr. HM. RIDLWAN HAMBALI, Lc.MA








                                                                         



Oleh:
Habibus Salam                       NIM: 2016.01.01.647
Sibawaih Umam                    NIM: 2016.01.01.616


FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR
SARANG REMBANG JAWA TENGAH
2016




SEJARAH MASUKNYA ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Oleh : Habibus Salam dan Sibawaih Umam


I.                   Pendahuluan
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia Tenggara.
Bahkan dua abad sebelum tarikh Masehi, Indonesia (kepulauan Nusantara) khususnya Sumatra telah dikenal dalam peta dunia masa itu. Peta dunia tertua yang disusun oleh Claudius Ptolemaeus, seorang gubernur Kerajaan Yunani yang berkedudukan di Alexandria (Mesir), menyusun peta berjudul Georraphyle telah menyebut dan memasukkan Nusantara dengan sebuah Barousai. Yang dimaksud tentuya pantai barat Sumatra yang kaya akan kapur barus.[1]
Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 Masehi (abad 1 Hijriyah), ketika Islam pertamakali berkembang di Timur Tengan.[2] Hubungan perdagangan ini juga menjadi hubungan penyebaran agama Islam yang semakin lama semakin lebih intensif.
Sejak abad pertama Nusantara yang menghasilkan komoditi rempah-rempah dan banyak disukai di Eropa (Romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang Arab singgah di pantai barat Sumatra dan selat Malaka yang menghubungkan imperium Timur (Kekaisaran Cina). Pedagang Arab sudah berperan sebagai pengatur jalur perdagangan Barat-Timur.
Dengan demikian, Indonesia telah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di timur maupun di barat, karena menjadi jalur lalu lintas perjalanan. Sebagai wilayah yang mudah dijangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk penyebaran agama Islam.
II.                Islam Masuk ke Nusantara
Paling tidak, ada dua pendapat mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Pertama, pendapat lama, yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H Krom dan Van Den Berg. Kemudian pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan.[3]
Kedua, pendapat  baru yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. atau abad 1 Hijriyah. Pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Tahir Al-Hadad, A. Hasjmy, dan Thomas W. Arnold.[4]
Bahkan diceritakan bahwa ketika Islam berkembang pada abad pertama, 1 H (7 Masehi), Rasulullah telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqash berziarah pada Kaisar Cina dan memperkenalkan Islam di negeri Cina. Diketahui pada abad pertama Hijriyah sudah ada pemukiman masyarakat muslim di Kanton[5]
Bahkan Syed Naghuib Al-Attas, dalam karangannya Preliminary Statement on the General Theory of the Islamization of the Malay-Indonesia Archipelago, menyebutkan bahwa orang-orang muslim yang berpindah dari Kanton pada abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), kemudian bermukim di Palembang dan Kedah. Mereka yang bermukim disana telah menjalankan ibadah dan adat istiadat islam dengan sangat baik.[6]
Pendapat senada mengenai masuknya Islam ke Indonesia di abad pertama Hijriyah, dikemukakan pula oleh Thomas W. Arnold dalam The Preaching Islam, ia mengatakan, “Mungkin agama ini telah dibawa kemari oleh pedagang-pedagang Arab sejak abad-abad pertama Hijriyah, lama sebelum kita memiliki catatan sejarah di mana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa”.[7] Menurutnya meskipun baru pada abad ke-9, para ahli ilmu bumi Arab menyebut-nyebut kepulauan Indonesia di dalam tulisan-tulisan mereka. Namun, dalam tarikh Cina pada tahun 674 M, tersebut suatu catatan tentang seorang pemimpin Arab yang mengepalain rombongan orang-orang Arab yang menetap di pantai barat Sumatra.
Menurut hemat penulis, pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), dan langsung dari Arab itu lebih kuat, mengingat beberapa alasan yang telah dikemukakan di atas. Menengok catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Buddha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatra. Untuk bias mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda dari agama resmi kerajaan –perkampungan Arab Islam– tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik terlebih dahulu kepada penguasa hingga abrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar. Disamping itu, menambah populasi muslim di wilayah yang sama, yang oberarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka para pedangan Arab Islam ini bias mendirikan sebuah kampong dimana nilai-nilai Islam bisa hidup dibawah kekuasaan kerajaan Buddha Sriwijaya.
Akan tetapi pada periode ini Islam belum berkembang secara menyeluruh dan hanya beberapa wilayah yang memeluk Islam, misalnya sebagin Sumatra dan sebagian pantai utara Jawa. Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke-12 M yang dibawa oleh para muballigh Islam, yang disamping menyebarkan Islam, mereka juga sebagai saudagar. Adapun pada periode ini Islam dikembangkan oleh saudagar Arab dan mungkin saudagar dari Gujarat serta penduduk pribumi sendiri.
Sejak Islam dikenal di Indonesia itulah, Islam terus berkembang dengan pesat. Menurut para sejarawan, Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang waktu itu masih kuat menganut paham lama, yaitu menganut agama Hindu, Buddha, bahkan Animisme dan Dinamisme.
Adapun jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam adalah sebagai berikut:
1.      Melalui jalur perdagangan
2.      Melaluli jalur perkawinan
3.      Melalui jalur tasawuf
4.      Melalui jalur pendidikan
5.      Melalu jalur kesenian
6.      Melalui jalur politik.

III.             Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis pada abad ke-7 dan ke-8 M, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritime Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu Jawa seperti Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini para pedagang dan muballigh muslim membentuk komunitas-komunitas Islam. Mereka memperkenalkan Islam yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat diantara sesame. Sementara ajaran Hindu Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran Islam ini sangat menarik penduduk setempat oleh karena itu, Islam tersebar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski penyebarannya dengan cara damai.[8]
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan politik dan social budaya daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Datangnya orang-orang Islam kedaerah yang baru disinggahi sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena pada awalnya mereka hanya dating untuk usaha pelayaran dan perdagangan.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 M. pada akhir abad ke-12 M, kerajaan mulai memasuki masa kemunduran dibidang politik dan ekonomi. Kemunduran Sriwijaya ini dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan Singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan oleh para pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul, dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam, yaitu kerajaan Samudra Pasai di pesisir laut Aceh. Daerah ini sudah disinggahi pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. proses Islamisasi tentu telah berjalan disana sejak abad tersebut, baik dalam bidang politik maupun perdagangan.
Karena kekacauan di dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan istana, kerajaan Singasari, juga selanjutnya Majapahit tidak mampu mengontrol daerah Melayu dan Selat Malaka dengan baik, sehingga kerajaan samudra Pasai dapat berkembang dan mencapai pun cak kekuasaannya hinnga abad ke-16 M.
Demikian pula kerajaan Majapahit ketika Hayamwuruk dengan patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi politik pusat Nusantara mengakui berada dibawah perlindungannya. Akan tetapi, sejak Gajah Mada meninggal dunia pada tahun 1364 M. dan disusul Hayamwuruk pada tahun 1389 M. situasi Majapahit kembali mengalami keguncangan. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak, akhirnya menyebabkan kerajaan Majapahit semakin melemah.
Akhirnya kerajaan Sriwijaya, Singasari dan Majapahit menjadi melemah dan tidak memiliki kekuatan yang berarti. Demikian sejarah situasinya ketika Islam pertama kali datang ke wilayah Indonesia pada sekitar abad ke-7 M.
Tidak lama kemudian muncul kerajan Islam yang juga bersama dalam pengembangan agama Islam di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai (abad ke-13 M) di Aceh. Kemudian diteruskan kerajaan Aceh Darussalam (abad ke-15 M).[9]

IV.             Tasawuf dan Islam di Indonesia
Dalam tahapan pertama penetrasi Islam, penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan.Akan tetapi dalam kurun waktu yang tidak telalu lama, Islam mulai menempuh jalannya memasuki wilayah-wilayah pesisir lainnya dan pedesaan. Pada tahap ini para pedagang, dan ulama yang sekaligus guru-guru tarekat (wali-wali di Jawa) dengan murid mereka memegang peranan penting  di dalam penyebaran   tersebut. Mereka pada umumnya memperoleh petronase dari penguasa local, dan dalam banyak kasus, mereka juga tidak kurang peranannya ikut serta secara langsung menyebarkan Islam.
Islam dalam tahap ini sangat diwarnai oleh aspek tasawuf atau mistik ajaran Islam, namun ini tidak berarti bahwa aspek hokum (syariah) terabaikan sama sekali. Namun tetap saja secara umum Islam tasawuf tetap unggul pada tahap pertama islamisasi, setidaknya sampai abad ke-17 M. hal tersebut dikarenakan Islam tasawuf yang datang ke Nusantara, dengan segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap Islam, dalam beberapa aspek tertentu “cocok” dengan latar belakan masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu Buddha dan sinkritisme kepercayaan local.juga terhadap kenyataan bahwa tarekat-tarekat sufi memiliki kecenderungan untuk bersikap toleran terhadap pemikiran  dan praktik tradisional semacam itu, yang sebenarnya bertentangan dengan praktik ketat unilitarianisme Islam.
Masa-masa merebaknya Islam di Indonesia memang berbarengan dengan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan tarekat di dunia Islam pada umumnya.
Islam sebagaimana diajarkan kepada orang-orang Indonesia yang pertama memeluk Islam tersebut sering kali sangat diwarnai oleh perbagai ajaran dan amalan sufi. Para sejarawan telah mengemukakan bahwa inilah yang membuat Islam menarik bagi orang Indonesia, atau dengan kata lain, perkembangan tasawuf merupakan salah satu factor  yang menyebabkan proses islamisasi di Indonesia dapat berlangsung dengan mudah dan cepat. Bahkan sampai saat ini Islam Indonesia masih diliputi dengan sikap-sikap sufistik dan kegemaran pada berbagai hal yang mengandung keramat.
Perkembangan tasawuf semakin semarak dengan hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam pengembangan agama Islam di Indonesia, seperti Syaikh Ismail Al-Khalid Al-Minangkabawi, Syaikh Ahmas Khatib Sambas dan lainnya. Sementara di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas, terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H/1082 M.
Adapun para penyebar agama Islam di pulau Jawa dikenal dengan sebutan “Wali Songo” (Sembilan wali), mereka ialah:
1.      Maulana Malik Ibrahim
2.      Sunan Ampel
3.      Sunan Bonang
4.      Sunan Derajat
5.      Sunan Giri
6.      Sunan Kalijaga
7.      Sunan Kudus
8.      Sunan Muria, dan
9.      Sunan Gunung Jati.

V.               Faktor-Fator Pesatnya Perkembangan Islam di Indonesia  
Dalam waktu yang relatifi cepat, ternyata agama baru ini dapat diterima dengan baik oleh sebagian masyarakat Indonesia, dari mulai rakyat jelata sampai raja-raja. Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke-6H atau ke-12M, dan tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi suatu kekuatan muslim Indonesia yabg ditakuti dan diperhitungkan.  Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam berkembag cepat di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, dalam bukunya Urubatu wal Islamu Fil Janubi Syarqi Asia alhindu wa Indonesia menyatakan bahawa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam berkembang pesat di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
A.    Faktor Agama
            Yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menhhapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu. Masayarakat dalam islam diyakinkan bahwa semua manusi dalam Islam kedudukannya sama di mata Allah, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga sama dalam hokum tidak ada yang diistemewkan meskipun ia keturunan bangsawan.
            Dengan demikian, semuaa lapisan masyarakat bisa hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehinnga toleransi dalam Islam merupakan cirri utama bangsa ini yang dikenal dunia hingga dewasa ini.Selain itu akidah sufi masyrakat muslim juga ikut membantu memasyarakatkan Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno Indonesia yang cenderung menghargai pada dunia mistik.
B.     Faktor Politik
            Faktor Politik yang diwarnai oleh petarungan dalam negri antara Negara-negara dan penguasa-penguasa di Indonesia, serta oleh pertarungan Negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para penjabat di Negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang dipandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari lapisan masyarakat.
            Hal itu dapat dibuktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislamaan dibangkitkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Marauke, dengan mudah sekali kekuatan dan semangat keislaman itu akan bangkit serentak sebagi suatu kekuatan yang dahsyat
C.     Faktor Ekonomis
            Faktor ekonomis, yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antara kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan teluk Arab yang merupakan pedukung utamanya.
            Ternyata orang-orang yang terlibat dalam perdagan itu bukan hanya para pedagang, tetapi diantara mereka  terdapat para penguasa Negara-negara bagian, penjabat Negara dan kaum bangsawan. Karena perdaganagn melalui lautan Indonesia dan India hamper seluruhnya dikuasai pedagang Arab, maka para pedagang Indonesia yang terdiri fari para penjabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim keluar dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka kepada agama baru itu.
            Menurut riwayat, Sultan Pasai yang muslim itu mau membuka pasar-pasarnya bagi penguasa Kerajaan Malaka asalkan mereka bersedia menganut Islam, demikianlah perdagangan antara kepulauan Indonesia sangat pesat sekali, sehingga Islam berhasil mencapai Irian atau Papua, sementara orang-orang Hindu bertahan di Bali dan Lombok Barat.[10]
VI.              Kesultanan- Kesultanan dan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Agama islam masuk ke Indonesia secara besar-besaran terjadi sekitar abad XIV dan XV M. masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini juga tidak lepas dari kesultanan-kesultanan di Indonesia, seperti kesultanan Perlak, Samudra Pasai, Aceh Darusslam, Malaka, Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, Ternate dan lain-lain.
Berbeda dengan masuknya Islam ke Negara-negara di bagian dunia lainnya yakni dengan kekuatan militer, masuknya Islam ke Indonesia itu dengan cara damai disertai dengan jiwa toleransi dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan pemanut agama-agama lama yaitu Hindu-Budha. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang sejarah-sejarah Islam di Indonesia, berikut dijelaskan sejarah kesultanan-kesultanlainan.
A.    Kesultanan Perlak
                  Pada tahun 30 H. (651 M), Khalifah Utsman bin Affan mengirim delegasi ke Cina, delegasi tersebut memperkenalkan agama Islam. waktu itu hanya  berselang 20 tahun dari wafatnya Rasullah SAW. Dalam perjalanan laut yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di kepulauan nusantara, tepatnya tahun 674 M,. Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagangdipantai barat Sumatera. Inillah perkenalan perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Aceh adalah paling barat di kepulauan Nusantara yang pertama kali memeluk Islam. Bahkan di Acehlah kesultanan pertama kali yaitu kesultanan Perlak ( Memang ada perbedaan pendapat di versi lain menyebutkan keseltunan pertama adalah kesultanan Samudera Pasai.
                  Kesultanan Perlak adalah kesultanan pertama di Nusantara yang berkuasa pada tahun 840-1292 M , di sekitar wilayah pelak. Kini wilayah tersebut masuk kedalam wilayah Aceh Timur provinsi Nanggro Aceh Darussalam. Pendiri kesultanan perlak adalah Sultan Alaidin syed Maulana Abdul Aziz Shah,.
                  Dibawah ini merupakan nama-nama Sultan yang memerintah Kesultanan perak :
  1. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840864)
  2. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864888)
  3. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888913)
  4. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915918)
  5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928932)
  6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932956)
  7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956983)
  8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat [5] (9861023)
  9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (10231059)
  10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (10591078)
  11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (10781109)
  12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (11091135)
  13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (11351160)
  14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (11601173)
  15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (11731200 )
  16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (12001230 )
  17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (12301267 )
  18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (12671292 )[11]
                  Pada awal XIII di ujung barat berdiri kesultanan baru di bawah  Sultan Malik Al-Shaleh, bernama Samudra Pasai . perlak disatukan dengan kesultanan Samudera Pasai dibawah pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Azir, putra al-shaleh.
B.     Kesultanan Samudera Pasai
                  Kesultanan Samudra Pasai terletak di pesisir timur laut Aceh, saat ini menjadi Kabupaten Lhoksumawe atau Aceh, Kesultanan ini merupakan kesultanan kedua di Indonesia setelah Perlak. Untuk waktu yang lama, pada sebagai pusat Islam di Nustantara pada zamannya. Lahirnya Samudra Pasai lahirnya Samura Pasai sebagai kerajaan diperkirakan dimulai pada awal atau pertengehan abad XII M.
                  Sultan Malik al-Shaleh adalah sultan pertama pendiri kesultanan samudera pasai,  Kesultanan samudera Pasai adalah sebuah kesultanan maritim. Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik. Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.         
                  Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritime ini, tidak mempunyai basis agrasis. Basis pereekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Tome pires menceritan di Pasai ada mata uang dirham, dikatakannya bahwa setiap kapal yang membawa barang-barang dari barak dikenakan pajak 6%. Ditinjau dari letak geografisnya Samudra Pasai memang menjadi suatu daerah penting sebagai penghubung antara pusat-pusat antara kepulauan Indonesia, Arab, China. Adanya mata uang dirham membuktikan kesultanan Samudra Pasai makmur.
                  Mata uang dirham dari Samudra Pasai tersebut pernah diteliti oleh H.K.J. Cowan untuk menunjukan bukti-bukti sejarah raja-raja pasai. Mata uang tersebut menggunakan nama-nama Sultan Alaudin, Sultan Manshur Malik Al-Zahir, sultan Abu Zaid dan Abdullah. Pada tahun 1973 M, ditemukan lagi 11 mata uang dirham bertuliskan nama Sultan Manshur Malik Al-Zahir, Sultan Ahmad, dan Sultan Abdullah, semuanya adalah raja-raja Samudera Pasai pada abad 14 M dan 15 M.
                  Atas dasar mata uang emas yang ditemukan itu, dapat diketahui nama-nama sultan dan urutannya
  1. 1267-1297, Sultan Malik as-Saleh [Marah Silu], Hikayat Raja-raja Pasai & makam raja
  2. 1297-1326, Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Koin emas telah mulai diperkenalkan
  3. 1326-1345, Sultan Mahmud Malik az-Zahir, Dikunjungi Ibnu Batutah
  4. 1345-1383, Sultan Ahmad Malik az-Zahir, Diserang Majapahit
  5. 1383-1405, Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Dikunjungi Cheng Ho
  6. 1405-1412, Sultanah Nahrasiyah, Raja perempuan, [janda Sultan Pasai sebelumnya]
  7. 1405-1412, Sultan Sallah ad-Din, Menikahi Sultanah Nahrasiyah
  8. 1412-1455, Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir, Mengirim utusan ke Cina
  9. 1455-1477, Sultan Mahmud Malik az-Zahir II,
  10. 1477-1500, Sultan Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir II,
    Sultan Zain al-Abidin II
  11. 1501-1513, Sultan Abd-Allah Malik az-Zahir,
  12. 1513-1521, Sultan Zain al-Abidin III, Penaklukan oleh Portugal[12]
                  Kerajaan samudra pasai berlangsung sampai pada tahun 1524 M. pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditaklukan oleh Portgis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianekasasi oleh  raja Aceh, Ali Muhhatasyah. Selanjutnya, kerajaan Samudra
pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.
C.     Kesultanan Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam. Sultan yang pertama memerintah kesultanan aceh sekaligus pendirinya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatic, dengan negara lain.
Sultan Ali Mughayat mendirikan Kesultanan Aceh pada tahun 1496 yang pada mulanya kerajaan ini berdiri atas wilayah kerajaan lamuri. Pemerintahaan kesultanan Aceh kemudian menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.
            Akan tetapi, setelah ia meninggal, semua penguasaannya dari kalangan perempuan (1641-1699 M) yaitu Sultanah Shafiyatudin Syah, Zakiyatudin Syah, dan Naqiyatudin Syah  sehingga kekuasaan mengalami kelemahan, yang pada akhirnya pada abad ke-18 kebesarannya mulai menurun.[13]

D.    Kesultanan Siak ( Islam)
Kerajaan Siak terletak di Kepulauan Riau di Selat Malaka. Raja Islam pertama Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1746 M). Kerajaan Siak memiliki wilayah yang cukup luas dan bernaung di bawah Kesultanan siak, baik dalam penyebaran agama islam maupun dalam menghadapi imperialsme Portugis dan Belanda. Kerajaan siak memiliki peran yang besar
Berikut adalah daftar sultan-sultan yang pernah memerintah di Kerajaan Siak .
  1. Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I (1725-1746)
  2. Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah II (1746-1765)
  3. Sultan Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766)
  4. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780)
  5. Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782)
  6. Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah (17821784)
  7. Sultan Assaidis Asyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810)
  8. Sultan Asyaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815)
  9. Sultan Assyaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1815-1854)
  10. Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalil Syaifuddin I (Syarif Kasyim I, 1864-1889)
  11. Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908)
  12. Sultan Assyaidis Syarif Kasyim Abdul Jalif Syaifudin I (Syarif Kasyim II), (1915-1949)[14]
E.     Kesultanan Islam Palembang Darussalam
Pada awalnya Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultan Demak. Sultan Pertama sekaligus pendiri kesultanan ini adalah Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidil Islam (1659-1706M).
Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya ulama Arab yang  menetap di Palemabang, Kesultanan Palembang menjadi Bandar transit dan ekspor lada karena letaknya yang strategis. Belanda kemudian menghapus kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan Mahmud Badarudin. Salah satu peninggalan Kesultanan Palembang adalah Masjid Agung Palembang yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman. Nama-nama sultannya adalah :
  1. Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidil Islam [1659-1706]
  2. Sultan Mahmud Badaruddin I [1724-1757]
  3. Sultan Ahmad Najamuddin I [1757-1776]
  4. Sultan Muhammad Bahauddin [1776-1803]
  5. Sultan Mahmud Badaruddin II [1804-1812, 1813, 1818-1821]
  6. Sultan Ahmad Najamuddin II [1812-1813, 1813-1818]
  7. Sultan Ahmad Najamuddin III [1821-1823][15]
F.      Kesultan Demak
Keraajan Demak didirikan atas prakarsa para wali songo. Di bwah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Fatah sebagai raja pertama Kerajaan Demak. Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah vasaal (kekuasaan) Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Raden fatah, daerah ini semakin lama semakin ramai dan pusat perkembangan Islam yang diselenggerakan para wali.
Raden Fatah merupakan sultan pertama demak yang sangat berjasa dalam pengembangan agama Islam diwilayah kekuasaannya , ia digantikan oleh anaknya yang bergelar Adipati Yunus yang terkenal dengan Pangeran Sabrang Lor. Ketika ia menggantikan kedudukan ayahnya PAti Unus berumur 17 tahun pada tahun1507 M.
Sepeniggal Pati Unus, digantikan oleh Sultan Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunungjati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Sultan Trenggono memerintah pada tahun 1524-1546 pada masa ini agama Islam berkembang sampai ke Kalimantan Selatan. Dalam penyerangan ke Blambangan, Sultan Trenggono meninggal (1546 M) dan kedudukunnya digantikan oleh adiknya Sultan Prawoto. Pada masa sultan Prawoto terjadi kerusuhan sehingga ia terbunuh, kemudian kedudukannya digantikan oleh Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang. Pada masa inilah kemudian Kerajaan Demak kemudian dipindahkan ke Pajang.
            Adapun para sultan Kerajaan Demak adalah
1.       Raden Fatah (1478-1581 M )
2.      Adipati Yunus ( 1518-1521 M)
3.      Sultan Trenggono (1521-1546 M)
4.      Sultan Prawoto (1546-1546 M)
G.    Kesultanan Pajang
Kesultanan Pajang merupakan kelanjutan dari kerajaan Islam di Demak, Kesultanan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging. Ia adalah menantu dari Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang. Setelah ia mengambil alih kekuasaan dari tangan Aria Penangsang pada tahun 1546 M, seluruh kebesaran kerajaan dipindahkan ke Panjang, dan ia bergelar Sultan Handriwijaya.
Sepeniggal Sultan Handriwijaya pada tahun 1587 M kedudukanya digantikan oleh Aria Penggiri, anak Sultan Prawato, sementara anak Sultan Handiwijaya diberi kekuasaan di Jipang. Akan tetapi, ia mengadakan pemberontakan kepada Aria Penggiri dengan mendapat bantuan dari Senopati Mataram, danatas usahanya ia mendapat tanda terima kasih dari Senopati yaitu berupa hak atas warisan ayahnya. Akan tetapi ia menolak tawaran tersebut dan hanya meminta pusaka kerajaan panjang untuk dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian, kerajaan panjang berada di bawah perrlindungan Mataram, yang kemudian menjadi daerah kekuasaan Mataram.[16]
H.    Kesultanan Mataram Islam
Kesultanan ini didirikan oleh Panembhan Senopati. Setelah permohonan Senopati ata  penguasa pajang beruupa pusaka kerajaan dikabulkan. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M. Sepeninggalnya ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolangyang terkenal dengan Sultan Seda Ing Krapyak kemudian digantikan oleh Sultan agung yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusuma Sayidin Panataagama  Khalifatullah ing Tanah Jawi 1613 M-1646 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak bersenjata antara kerajaan MAtaram Islam dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1646 M,Sultan Agung digantikan oleh putranya, yaitu Amangkurat I. Pada masanya terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit yang mendapatkan dukungan dari para ‘ulama. Akibatnya, antara pendukungnya dibantai pada tahun 1647 M. Pemberontakan itu kemudian diteruskan oleh Raden Kajoran 1677 dan 1678 M. Pemberontkan-pemberontakan sepeti itulah yang meruntuhkan kerajaan Mataram.
I.       Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan pertama di Jawa Barat, kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunungjati. Karena kedudukannya sebagai wali songo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja di Jawa seperti di Demak dan Pajang. Stelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang merdeka darin kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunungjati berusaha meruntuhkan ajaran yang masih belum  menganut Islam.
Dari Cirebon sunan Gunujati mengembangkan ajran Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan Banten. Setelah Sunan Gunungjati wafat ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat pada tahun 1650 M dan digantikan putranya yaitu Panembehan Girilaya. Sepeninggal kesultanan Cirebon diperintah oleh kedua putranya yaitu Martawijaya dan  Panembahan Sepuh yang memerintah Kesultanan Kesepuhan dengan felar Syamsudin, dan Kartawijaya atau Penambahan Anom yang memerintah Kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddin.[17]
J.       Kerajan Banten
Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Sunan Guungjati, stelah Sunan Gunungjati menaklukan Banten pada tahun 1525 M, ia kembali ke Cirebon dan kekuasaannya, diserahkan kepada anaknya yaitu Sultan Hasanuddin. Pada tahun1568 M, ketika kekuasaan Demak beralaih ke Pajang,  Sultan Hasanuddin memerdekakan Banten. Oleh karena itu ia dianggap sebagai raja Islam  pertama di Banten. Ketika ia wafat, pada tahun 1570 M, kedudukannya digantikan oleh putranya yaiti Pangeran Yusuf.
Stelah Pangeran Yusuf meninggal pada tahun 1580 M, ia digantikan putranya yaitu Maulana Muhammad yang masih muda. Maulana Muhammd bergelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad wafat pada tahun 1596 pada usia 25 tahun. Stelah kedudukunnya digantikan oleh anaknya yang masih kecil yaitu Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir. Ia memerintah resmi pada tahun 1638 M.
K.    Kerajaan Sukadana ( Kalimantan Barat )
Kerajaan Sukada terletak di barat daya Kalimantan. Sekitar tahun 1590 M, Sukadana berada dibawah pengaruh kerajaan demak. Raja Sukadana yang pertama masuk adalah Giri Kusuma. Kemudian ia dinobatkan raja Islam pertama di Kerajaan Sukadana. Raja-raja Sukadana yang berjasa dalam penyiaran Islam di Kalimantan adalah
1.      Giri Kusuma yang menjadi raja pada tahun 1590 M
2.      Sultan Mahmud Safrudin yang meninggal pada tahun 1677 M
Pada tahun 1725 M, kerajaan Islam di Sukada melepaskan diri dari pengaruh Kerajan Demak. Sukada runtuh ketika penjajah Belanda mulai menguasai Kalimantan tahun 1787 M. Kerajaan Sukada berdiri selama satu abad
L.     Kerajaan Banjar ( Abad ke-16 )
Kesultanan Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Kalimantan bagian selatan. Kesultanan ini pada awalnya bernama Daha, sebuah kerajaan kerajaan Hindu yang berubah menjadi kesultanan Islam.
Kerajaan Banjar yang berdiri pada 24 september 1526 sampai berakhirnya perang Banjar yang merupakan keruntuhan kerajaan Banjar memiliki 19 orang raja yang pernah berkuasa. Sultan pertama kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah (1526 - 1545), beliau adalah raja pertama yang memeluk Agama Islam. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 - 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu.
Sultan Suriansyah sebagai Raja pertama mejadikan Kuin Utara sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan Kerajaan Banjar.
            Para sultan yang memerintah Kerajaan Banjar antara lain: Sultan Adam ( 1862-1853 M), Pangeran Tamjidilah (1957 M ) yang memihak Belanda, Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari berperang melawan Belanda sekitar tahun (1862-1863 M)
M.   Kerajaan Goa (Makassar)
Kerajaan Goa awalnya merupakan non-Islam. Raja Goa yang mula-mula masuk Islam adalah Karaeng Tonigallo. Setelah masuk Islam, ia bergelar Sultan Alaudin Awwalul Islam. kemudian kerajaan Goa Makassar dinyatakan sebagai kerajaan Islam Makassar pada tahun 1638 M. Sultan Alaudin Awwalul Islam memerintah sejak 1591-1638 M.
Pada tahun 1654-1660 M, Kerajaan Goa diperintah Sultan Hasanudin. Selama masa pemerintahannya, Goa berkembangmaju, wilayah kekuasaanya meliputi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau sekitarnya dan Sumbawa, tahun 1660 Sultan Hasanudin turun tahta setelah menanda tangani perjanjian perdamain melawan Belanda. Setelah Sultan Hasanudin turun tahta, anaknya Mapasomba naik tahta menggantikannya. Kerajaan Makassar berdiri kurang dari 65 tahun, sejak diproklamasikan oleh Sultan Alaudin Awwalul Islam tahun 1603 sampai tahun 1669 M.
N.    Kerajaan Bugis
Kerajaan Islam Bugis mula-mula bukan kerajaan Islam. Raja Bugis yang pertama masuk Islam adalah Lamdu Sadat. Setelah ia mangkat digantikan oleh putranya bernama Apu Tanderi. Kerajaan Bugis meliputi Wajo,Sopeng,Sinderingi,Tanette dan lain-lain. Ibukotanya adalah Luwu, kerajaan ini berdiri semasa dengan Kerajaan Islam Goa yang berpusat di Makassar.
O.        Kerajaan Ternate
Raja Ternate yang pertama masuk Islam adalah Raja  Gapi Bugana atas ajakan Maulana Husain . Rahja Gapi Baguna memrintah dari tahun 1465-1486 M. setelah ia mangkat namanya dikenal sebagai Raja Marhum.
Setelah Raja Marhum meninggal digantikan oleh putranya bernama Zainal Abidin Sultan ternate. Pada tahun 1459 m , ia merantau ke Jawa belajar agama Islam kepada Sunan Giri dan urusan memerintah diserahkan kepada wakilnya.
Pada masa ternate dibawah kekuasaan Sultan Khairun , pada tahun 1564 M diadakan perjanjian dengan portugis bahwa ternate dibawah lindungan kerajaan Portugis.
Pengganti Sultan Khairun adalah Sultan Babullah (1570-1583 M ) . Sultan Babullah melakukan perang secara total terhadap Portugis , Pada tahun 1575 M , terjadi peperangan antara terntara tentara Ternate  dan Portugis dan dimengkan oleh Ternate. Sepeninggal  Sultan Babullah digantikan oelh anaknya Saiduddin Barakat.
P.           Kerajaaan Tidore
Wilayah kerajaan Tidore meliputi sebagian Harmahera , pantai barat Irian Jaya , dan sebagia Kepulauan Seram . Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam adalah Cirali Lijtu ,  yang kemudian berganti nama menjadi Jamaludiin. Setelah Sultan Jamaluddin meninggal , digantikan oleh putranya Sultan Mansur.
Q.    Kerajaan Bacan
Pada tahun 1521 M , Raja BAcan yang memrintahkan negeri ini masuk  Islam , namanya diganti menjadi Sultan Zainul Abidin . Wilayah Kerajaan Bacan meliputi kepulauan Bacan , Obi , Waigeo , Salawati dan misool .
R.     Kerajaan Jailolo
   Raja jailolo yang pertama masuk Islam adalah Raja yang ke-9 . Setelah masuk Islam namanya Berganti menjadi Sultan Hasanuddin. Kerajaan Islam Jailolo ini berdiri pada tahun 1521.
S.           Kesultanan Buton ( Abad ke-16)
   Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di pulau Buton , Sulawesi bagian Tenggara . Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh Syaikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman Al-Pathani , seorang ulama dari kesultanan Johor asal Pathani.
T.           Kesultanan Kutai (Abad ke-16)
   Kesultanan kutai terletak disekitar Sungai Mahakam bagian Timur.Islam berkembang pada kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600 M). penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubaligh bernama Said bin Muhammad bin Abudullah bin Abu Bakar Al-Wars . Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan pada masa Kesultanan Aji Sultan Muhammad Salehuddin (1780-1850 M ) . kesultanan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan Muhammad Salehuddin meninggal dunia
U.         Kesultanan Bima
   Kesultanan Bima adalah kerajaan Islam yng terletak di Pulau Sumbawa bagian Timur . Kesultanan Bima berubah menjadi Kesultanan Islam pada tahun 1620 setelah Rajanya La Ka’I memeluk Islam dan mengganti namanya Sultan Abdul Khair. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682 ) , Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran islam kedua di Timur Nusantara setelah Makassar. Kesultanan Bima berakhir pada masa 1951, ketika Muhammad Salahuddin , sultan terakhir wafat 
VII.               Kesultanan Islam di Luar Indonesia
A.        Kesultanan Malaka (Abad ke-15)
Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka. Islam di Malaka berasal dari kesultanan Samudra Pasai. Pendiri Kesultanan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran Majapahit. Ia menikah dengan Putri sultan Samudra Pasai dan kemudian masuk Islam. Kesultanan Malaka mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah pada tahun (1445-1459). Dan tuntuh ketika pasukan portugis  menyerang dan mengalahkan Malaka pada tahun 1511.
B.       Kesultanan Malaka
Raja Malaka yang pertama adalah seorang raja Hindhu Permaisuri. Ia dikenal sebagai raja yang bertahta di Kerajaan Singapura. Kerajaan Malaka menjadi maju dalam perdagangan, karena Malak sebagai kota pelabuhan yang dikunjungi banyak pedagang sebagai pusat transit perdagangan di wilayah Asia Tenggara. Mereka juga mengenal dari dekat cara hidup orang muslim di Malaka dan bagi yang berminat mendapat kesempatan untuk mempelajari agama Islam dan kemudian memeluknya. Waktu itu Malaka, sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah lain di Asia Tenggara.[18]
C.           Kesultanan Islam Pattani (Abad ke-15)
Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syaikh Said mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan Raja Pattani bernama Phayu Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha, kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Ismail Syakh. Kesultanan Pattanu menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Masa kejayaan berakhir setelah dikalahkan Kerajaan  Siam dari Bangkok.
D.         Kesultanan Brunei Darus Salam
Raja Brunei pertama adalah Awang Betatar yang tertarik menerima Islma dan mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad Syah. Dan seluruh keluarga istana masuk Islam, termasuk putra Sultan Muhammad Syah.
Pada tahun 1511 M, kerajaan Melayu Malaka jatuh ke tangan portugis. Maka atas kekosongan ini Brunei mengambil alih menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan di Keplauan Melayu. Di bawah pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) pada saat Sultan Brunei ke-5, Brunei berkembang menjadi suatu kerajaan yang kuat dan maju. Sultan Bolkiah gemar mengadakan ekspedisi pelayaran hingga diberi gelar Nahkoda Ragam. Kerajaan Brunei merupakan kerajaan Islam yang makmur di kawasan Asia Tenggara.
Brunei merdeka sebagai Negara Islam di bawah pimpinan Sultan ke-29, yaitu Sultan Hasanal Bolkiah Muizaddin Waddaulah. Gelar Muizaddin Waddaulah (Penata Agama dan Negara) merupakan ciri sebutan yang selalu melekat pada setiap raja yang memerintah Brunei. Sultan Hasanal Bolkiah sebagai sultan yang memegang kepala Negara sekaligus pemerintahan.
E.          Kesultanan Islam Sulu (Abad ke-15)
Kesultanan Islam yang terletak di Filipina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina. Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim Al-Makdum, mubaligh Arab yang ahli dalam ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.
Islam diterapkan oleh sayid Abu Bakar baik di pemerintahan maupun dalam kehidupan masyarakatnya. para penguasa Kesultanan Sulu di Filipina Selatan yang dimulai sejak Syarif Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim) (1405-1420 M) hingga Sultan Jamalul Kiram II (1887) berjumlah 32 Sultan. Diantarannya adalah Sultan Abu Bakar, Sultan Kamaluddin bin Syarif Abu Bakar, Sultan Alauddin bin Syarif Abu Bakar.[19]
F.           Kesultanan Johor (Abad ke-16)
Kesultanan Johor berdiri setelah kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Sultan Alaudin Riayat Syah membangun Kesultanan Johor sekitar tahun 1530-1536. Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama kesultanan Riau sehingga disebut kesultanan Johor-Riau dan berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayahnya dikuasai oleh Belanda.
Kesultanan Johor merupakan lanjutan dari Kerajaan Melayu Malaka yang dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Pada masa pemerintahan Sultan  Abdul Jalil Riayat Syah II, Sultan Johor keempat mengalami puncak kemegahan. Ia wafat pada tahun 1597 M pada zaman pemerintahan Sultan Sayid Al-Mukamil di Aceh dan sejaman dengan Maulana Muhammad di Banten,
Adapun para Sultan Johor adalah
1.      Sultan Alauddin Riayat Syah.
2.      Sultan Muzaffar Syah.
3.        Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I.
4.         Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II.[20]






VIII.       Kesimpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam perkembangan selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.Sehingga dapat dikatakan bahwa sebenarnya, Islam bukanlah peradaban pertama yang mendiami kepulauannusantara..
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia berlangsung dengan cepat dan pesatsertamudah diterima oleh masyarakat Indonesia, walaupun masuknya Islam keIndonesia berlangsung dalam beberapa bagian tahap atau babak. Cepat dan pesatnya masuknya Islam ke Indonesia dibuktikan dengan carapenyebarannya  oleh para pedagang, da’i dan ulama, terutama dengan ajaran dan gaya hidup yanglebih maju dari peradaban yang ada.
Dari beberapa sumber yang diperoleh, maka dapat dicatat adanya perbedaandalam menentukan kapan masuknya agama Islam di Indonesia. Sumber-sumber yang dimaksud menetapkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia adalah padaabad ke-7, abad ke-11, dan abad ke-13.
Agama Islam terus mengalami perkembangan di Indonesia, walaupun banyak perlawanan dari para penjajah, tetapi dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam baik diwilayah Nusantara maupun di sekitar Nusantara mampu memberi perlawanan sehingga proses Islamisasi di Nusantara berjalan pesat hingga sekarang.
Daftar Pusaka

Ambari      Hasan Muarif, Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia, , Nurul Islam: Jakarta 1997.

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo: Jakarta 2000.

Anshari  Endang Saifuddin, Wawasan Islam, Rajawali Press: Jakarta 1990.

Arnold Thomas W, Sejarah Dakwah Islam, Widjaya: Jakarta 1981

Hamza       Imron, Dinamika peradaban Islam,Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013.

  Amin Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: Sinar Grafika Offset,2010.


[1]Hasan Muarif Ambari, “Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia”, dalam Rusydi Hamka (Editor), Kebangkitan Islam dalam Pembahasan, (Nurul Islam: Jakarta 1997), 62.
[2]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Raja Grafindo: Jakarta 2000), 191-192.
[3]Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Rajawali Press: Jakarta 1990), 253.
[4]Ibis., 253
[5]Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Sejarah Peradaban Islam, (AMZAH: Jakarta 2010), 304.
[6]Ibid., 304.
[7]Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, (Widjaya: Jakarta 1981), 317.
[8]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(PT Rajagrafindo Persada,2014,), 194.
[9] Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:Amzah,2010), 310.
[10]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,2010),316-318.
[11]Imron Hamzah, Dinamika peradaban Islam,( Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013),252-255.
[12]  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(PT Rajagrafindo Persada,2014,),208.
[13]  Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,2010), 333.
[14] Ibid,334
[15] Ibid, 335.
[16] Ibid, 337.
[17] Ibid, 338.
[18] Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:Amzah,2010), 2:325-327
[19] Ibid 327-329
[20]Ibid,330.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar